Rabu, 29 Februari 2012

BOHONG ITU.....

Pada dasarnya sifat fitrah manusia adalah suci, bersih, suka yang baik-baik, dll. Tetapi ada saatnya manusia itu lupa akan kefitrahannya sendiri yang diakibatkan oleh beberapa faktor external yang mempengaruhi titik inti dari manusia yang dinamakan hati. faktor-faktor tersebut mempengaruhi manusia sejalan dengan bertambah dewasa, bertambah pengalaman dan bertambah umur dari seorang manusia, sehingga perlu adanya filter yang terpasang didalam titik inti manusia tadi yang berupa ajaran agama, norma dan aturan-aturan lain yang bersifat sebagai penyejuk hati atau juga dinamakan siraman hati. 
Ketika berbicara hati maka tidak bisa dilepaskan dari yang namanya penyakit hati. Penyakit hati merupakan  beberapa jenis sifat negatif yang dapat merasuki seseorang kapan pun dan dimanapun. Jenis-jenis penyakit hati diantaranya:
  1. Takabur (Sombong)
  2. Riya (Ingin dilihat orang lain)
  3. Sum'ah (ingin didengar orang lain)
  4. Bohong
  5. Iri
  6. Dengki
  7. Hasud
  8. dll
Dari beberapa jenis penyakit hati tadi ada yang dinamakan bohong.Hukum dasar BOHONG ITU adalah haram seperti yang telah difirmankan oleh Allah SWT dan disabdakan Rosul-Nya seperti berikut:

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya". (QS. 17:36)
Dalam ayat lain, artinya,
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir". (QS. 50:18)
Syeikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa ayat-ayat di atas merupakan dalil-dalil yang mengharamkan dusta, terlebih lagi dusta atas nama Allah subhanahu wata’ala dan RasulNya, seperti mengatakan Allah subhanahu wata’ala berfirman begini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda begini, atau menafsirkan perkataan keduanya tanpa makna yang sebenarnya padahal keduanya tidak pernah mengatakan hal seperti itu. Dan perbuatan semacam ini tergolong ke dalam perbuatan dosa besar (al-kabâir). Sebagaimana telah dijelaskan di dalam al-Qur'an, artinya, "Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan. Sesungguh nya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (QS. 6:144)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, "Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku maka hendaklah ia menyiapkan bangkunya di neraka". (Muttafaq 'alaih)
Rasulullah bersabda, “Jauhkan lah oleh kalian perbuatan dusta, maka sesungguhnya dusta itu menunjukkan/mengantarkan ke jalan kemaksiatan dan sesungguhnya kemaksiatan itu menyeret ke dalam neraka." (Muttafaq'alaih)
Dusta di samping ia adalah perbuatan tercela dan diharamkan, juga merupakan bagian dari ciri-ciri orang-orang munafiq. Hal ini juga dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, "Ciri-ciri orang munafiq ada tiga: apabila berbicara ia dusta, dan apabila berjanji, ia mengingkari, dan apabila dipercaya dia berkhianat". (Muttafaq 'alaih). (Istana Kecil Nia)
 
Sebagai manusia yang baragama Islam tentu kita mengetahui dan seharusnya tahu bahwa Allah SWT itu adalah Maha Tahu atas segala yang ada di Bumi dan di langit juga apa yang lahir maupun batin dan yang berupa jisim maupun goib, hal itu tidak dapat ditawar lagi. semua apa yang kita lakukan senantiasa ada pada pantauan Allah SWT sepanjang waktu selama kita hidup dan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak dihadapan allah SWT dihari pembalasan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya". (QS. 17:36)
Tetapi maaf disini penulis mengucapkan Na'udzubillahimindzalik, ada beberapa orang yang menjadikan bohong itu adalah suatu kebiasaan atau bahkan kebanggaan apabila dapat berbohong secara sukses atau tidak diketahui oleh orang lain, tetapi yang penulis heran lagi bahwa ada orang yang kebiasaan bohong sehingga menganggap orang llain tidak tahu, padahal kebohongannya itu sangat mudah diketahui atau ditebak, sehingga semua orang tahu bahwa dia bohong. Masya Allah...
Namun adakalanya BOHONG ITU diperbolehkan demi terciptanya kebaikan, seperti yang telah Nabi SAW sabdakan:
1. Hadits Ummu Kultsum:
عن أم كلثوم بنت عقبة أخبرته : أنها سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : ليس الكذاب الذي يصلح بين الناس فينمي خيرا أو يقول خيرا
Artinya:
Dari Ummu Kultsum binti Uqbah mengkhabarkan bahwa dia mendengar Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan antara manusia (yang bertikai) kemudian dia melebih-lebihkan kebaikan atau berkata baik”. [Muttafaqun 'Alaih]
Di dalam riwayat Al Imam Muslim ada tambahan:
ولم أسمع يرخص في شيء مما يقول الناس كذب إلا في ثلاث الحرب والإصلاح بين الناس وحديث الرجل امرأته وحديث المرأة زوجها
Artinya:
Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan rukhsoh (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan seorang suami pada istrinya dan pembicaraan istri pada suaminya”.
[Dinukil dari Riyadhush Sholihin, Bab. Al Ishlah bainan naas]
Hadits Ummu Kultsum ini diriwayatkan juga oleh At Tirmidzi (no.2063, Maktabah Asy Syamilah) dan beliau katakan, ‘Ini adalah Hadits Hasan Shohih’. Dan Abu Dawud (no.4920, Baitul Afkaar Ad Dauliyah)

2. Hadits Asma’ binti Yazid diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam Sunannya yang redaksinya hampir sama dengan hadits Ummu Kultsum yaitu:
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ يَحِلُّ الْكَذِبُ إِلاَّ فِى ثَلاَثٍ يُحَدِّثُ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ لِيُرْضِيَهَا وَالْكَذِبُ فِى الْحَرْبِ وَالْكَذِبُ لِيُصْلِحَ بَيْنَ النَّاسِ ». وَقَالَ مَحْمُودٌ فِى حَدِيثِهِ « لاَ يَصْلُحُ الْكَذِبُ إِلاَّ فِى ثَلاَثٍ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ لاَ نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ أَسْمَاءَ إِلاَّ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ خُثَيْمٍ.
Artinya:
Dari Asma’ binti Yazid dia berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Bohong itu tidak halal kecuali dalam tiga hal (yaitu) suami pada istrinya agar mendapat ridho istrinya, bohong dalam perang, dan bohong untuk mendamaikan diantara manusia”.
Mahmud berkata dalam haditsnya: “Tidak boleh berbohong kecuali dalam tiga hal”.
Abu ‘Isa (At Tirmidzi) berkata, ‘Ini hadits hasan, kami tidak mengetahuinya dari hadits Asma’ kecuali dari hadits Ibnu Khutsaim’. [Sunan At Tirmidzi (2064) 7/408, Maktabah Asy Syamilah] (abu khodijah.Blog)

Dalam memandang hukum sifat bohong ini sebaiknya kita selalu berhati-hati, walaupun ada kalanya bohong itu diperbolehkan dalam beberapa hal seperti yang telah disampaikan diatas, karena bohong itu merupakan penyakit dan bersifat ketagihan bagi orang yang pernah berbohong apalagi kalau bohongnya tidak diketahui oarang lain, sehingga menuntut untuk berbohong lagi.
Maka dari itu sebaiknya penyakit hati tadi cepat-cepat diobati dengan memperbanyak dzikir kepada Allah SWT atau dengan melakukan enam oba hati yang barang kali telah sahabat ketahui semua.:
Mudah-mudahan penjelasan yang singkat ini dapat bermanfaat bagi kita, Wallahua'lam bish-shawab.




Tidak ada komentar: